Selasa, 27 Desember 2016

Aku Telah Jatuh Cinta




Bukan lautan tapi kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupimu
Tiada topan tiada badai kau temui
Udang dan ikan menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat, kayu, dan batu jadi tanaman
Tepat tanggal satu di penghujung tahun 2016 kami menginjakkan kaki di tanah surga yang berada di ujung utara Indonesia. Orang-orang mengenalnya dengan sebutan Pulau Natuna. Berbunga hatiku ketika datang disambut dengan deburan ombak dan birunya langit. Aaah.. aku sangat merindukan saat-saat seperti ini, sudah hampir satu tahun lamanya aku tidak merasakan wangi pantai dan sedapnya ikan bakar. Satu tahun kedepan kami berdelapan akan bersama-sama mengarungi luasnya lautan kehidupan, mengumpulkan banyak kisah bersama-sama di Pulau Natuna.
Kisah kami dimulai ketika pertama kali menghirup udara Natuna, merasakan kesegaran air Natuna, dan menapakkan kaki di Natuna. Kabupaten kepulauan yang luas perairannya lebih luas dibandingkan luas daratannya. Bayangkan, hampir 97% Kabupaten Natuna terdiri dari wilayah perairan. Pantas saja banyak negara tetangga yang melirik potensi sumber daya yang ada di Pulau Natuna. Iklim tropis Indonesia juga semakin mendukung keanekaragaman hayati baik di wilayah perairan maupun di wilayah daratan.


Kami sampai di Natuna tepat pukul 11.00 WIB, setelah menempuh perjalanan udara dari Kota Batam selama satu setengah jam. Sembari mengobarkan semangat perjuangan kami turun dari pesawat yang hanya beroperasi satu minggu dua kali dari Batam-Natuna ataupun sebaliknya. Bandara di Natuna berbeda dengan bandara lainnya,  bandara disini masih bergabung dengan Pangkalan TNI AU Raden Sadjad Kabupaten Natuna. Pertama kali kami sampai di Natuna sudah disambut dengan beberapa hal unik. Salah satunya adalah mekanisme pengambilan barang di bandara. Barang kami diangkut menggunakan kereta barang dan diturunkan di lapangan luas di depan bandara. Awalnya kami sempat kebingungan, tapi ketika melihat banyak orang beramai-ramai mengambil barang, kami jadi ikut-ikutan berebut mengambil barang. Tidak seperti orang travelling pada umumnya, sepertinya barang kami hampir memenuhi ½ kapasitas barang di pesawat. Maklum kami sangat preventif dengan barang bawaan kami yang akan digunakan selama satu tahun. Bahkan barang seperti sendal jepit pun kami bawa. Hmm.. aku bersyukur perjalanan kami dari Batam menuju Natuna lancar dan nyaman.
Setelah kami sampai di bandara, kami dijemput oleh kakak-kakak Pengajar Muda angkatan XI, bus coklat PEMDA Kab. Natuna sudah siap di depan bandara untuk mengantarkan kami menuju penginapan Sisir Basisir. Sebuah penginapan di Kota Ranai yang lokasinya berada di tepi pantai. Aah.. sampai penginapan perut kami sudah keroncongan, alarm tanda lapar sudah berbunyi. Hidangan yang pertama kali disuguhkan pada kami adalah olahan ikan, seperti semboyan kami “Cintai Natuna, makan ikan tiap hari.” Sepertinya semboyan itu akan selalu melekat pada kami selama satu tahun ke depan. Berbeda dengan ikan-ikan di rumah Malang, makan ikan disini berasa sangat sedap sekali. Ikannya masih segar, dagingnya masih merah. Rata-rata olahan masakannya berasal dari ikan simbek (red. Tongkol). Kurasa aku mulai jatuh cinta pada Natuna, bayangkan pertama hidangan pertama yang disuguhkan kami nikmati di tepi pantai. Semilir angin pantai ditemani suara burung camar dan lambaian daun kelapa semakin menambah syahdunya suasana siang itu.

Indahnya suasana hari ini cukup membuatku tidak membutuhkan alasan lagi untuk jatuh cinta pada Natuna. Natuna, kabupaten dengan keramahan penduduknya, kenikmatan hidangannya, dan keindahan alamnya yang akan menemani kisah kami selama satu tahun kedepan. Natuna yang akan menjadi serpihan mozaik kehidupan kami yang akan kami kisahkan pada anak cucu kami kelak. Aku berharap semoga Allah selalu memudahkan langkah kami untuk melanjutkan estafet perjuangan dari pejuang-pejuang sebelum kami. Semoga kami dapat banyak belajar, mengambil hikmah-hikmah tersembunyi di balik kisah-kisah yang kami alami nanti. #NatunaBerkisah


Senin, 26 September 2016

Mendidik adalah tanggung jawab kita bersama!

Sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pernyataan tesebut semakin menegaskan bahwa pendidikan wajib diselenggarakan oleh pemerintah untuk memenuhi hak setiap warga negara. Akan tetapi potret pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Distribusi pendidikan paling banyak berada di daerah yang dekat dengan pusat pemerintahan. Masih banyak daerah terpencil yang sampai saat ini belum tersentuh oleh pendidikan.
Selain permasalahan distribusi pendidikan di Indonesia, setiap orang memiliki tingkat kesadaran yang berbeda. Terkadang motivasi yang kurang dari peserta didik juga turut andil dalam penurunan kualitas pendidikan di Indonesia. Ditambah dengan sistem pembelajaran yang kaku dan banyak tuntutan hanya dapat menciptakan robot-robot di era digital. Dengan demikian perlu diciptakan berbagai inovasi untuk mengatasi permasalahan di bidang pendidikan.
Sampai saat ini penyelenggara pendidikan sedang berupaya untuk menggairahkan kembali pesona pendidikan di Indonesia. Berbagai manuver diciptakan untuk mengatasi carut marutnya masalah pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah dengan cara mengirimkan insan-insan berprestasi untuk berbagi ilmu di seluruh pelosok negeri. Tidak hanya berprestasi namun juga memiliki loyalitas dan semangat juang yang tinggi untuk membangun peradaban keilmuan di Indonesia. Setidaknya kehadiran mereka mampu memberikan kesempatan bagi warga yang haus akan ilmu pengetahuan.
Mimpi dan harapan senantiasa digantungkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sesuai dengan visi pembangunan IPTEK 2025 bahwa iptek adalah kekuatan utama untuk meningkatkan keberlanjutan dan peradaban bangsa. Ilmu pengetahuan sangat penting diperoleh oleh masing-masing warga negara demi mewujudkan negara yang bijaksana, adil, dan beradab. Munculnya sebuah peradaban diawali dengan adanya ilmu pengetahuan, selain itu tingkat kebijaksanaan seseorangpun juga dapat dinilai dari ilmu yang diperolehnya. Besar harapan saya supaya setiap warga negara Indonesia dapat memperoleh haknya atas pendidikan. Selain itu aksesibilitas serta pemerataan pendidikan dapat diperoleh dengan mudah oleh setiap warga negara.

Seperti kutipan dari Anies Baswedan bahwa “Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di Republik ini adalah dosa setiap orang terdidik yang dimiliki di Republik ini. Anak-anak nusantara tidak berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan oleh keadaan.” Oleh karena itu tebarkanlah ilmu pengetahuan yang anda miliki untuk mengurangi kutukan-kutukan sebagai orang terdidik.

REBORN


Ngga terasa yah ternyata terakhir update postingan di blog ini bulan Desember tahun 2015. WOW!! itu sudah sangat terlalu lama. Mungkin kalo itu makanan udah basi dan berjamur. Makanya judul postingan kali ini aku kasih nama "Reborn". Pada awalnya pengen bikin blog lagi dengan tampilan dan warna yang berbeda. Tapi dirasa terlalu rumit dan sedih rasanya kalo harus membangun dari awal lagi hehe.

Mungkin postingan-postingan selanjutnya bakalan diisi dengan cerita-cerita lawas sambil menggali-gali memori di otak karena ngga kepikiran buat nulis ketika momen-momen menarik dalam hidup ini terjadi. Harapannya blog ini menjadi salah satu media buat aku belajar menulis dan berbagi dengan kawan-kawan netter. Selain itu juga bisa digunakan sebagai media pengingat-ingat yang tak akan tertelan oleh waktu #tsaaah.

Sempet kepikiran nge-reborn blog karena kemarin waktu ketemu sahabat baik doi sempet nyentil "kamu ngga pengen berbagi lewat tulisan? tulis aja walaupun cuman dikit, minimal update kegiatan-kegiatan kamu sebagai pengingat." Sejenak berpikir dan akhirnya memahaminya, bener juga nih. Walaupun sebagai konsumsi pribadi paling ngga blog ini bisa bermanfaat sebagai pengingat dalam diri ini (apasih) haha
Selamat menikmati :)

Kamis, 31 Desember 2015

Biru


Pantai selalu memberikan keindahan,
ketenangan diantara birunya air laut,
kesejukan di balik hijaunya pepohonan,
Aaah.. tidak ada yang lebih menyenangkan selain duduk bersantai di tepi pantai,
sembari menikmati ciptaanNya, sungguh kebahagiaan tiada tara :)
Bandealith, 2013

Minggu, 02 November 2014

Aku dan Yogyakarta part 2: Obrolan di Kala Senja

"Terkadang kita terlalu tinggi memandang orang lain dan terlalu rendah memandang diri sendiri dibandingkan dengan orang lain"
Banyak hal yang masih ingin kuceritakan tentang perjalanan hidup selama di kota Jogja yang sangat istimewa ini. Salah satunya adalah kutipan cerita yang terjadi di kala senja di kampus biru itu. Saat itu aku hadir sebagai sosok wanita yang masih polos dan berapi api, walaupun secara kronologis umur ini lebih tua dibandingkan lawan bicara, namun lawan bicara jauh lebih bijak dibandingkan diriku ini. Apalah aku, hanya butiran debu yang akan hilang ketika disapu angin. Waktu itu hanya ada lima orang di dalam ruangan ber cat putih dan terlihat megah dibandingkan yang lainnya karena terdapat mesin pendingin udara di dalamnya. Di sore itu kami tak sengaja berkumpul, dikumpulkan dalam sebuah forum yang tak sengaja kami bentuk. Setiap obrolan mengalir dengan santai dari bibir ini bagaikan air sungai yang mengalir dengan derasnya. Obrolan kami buka mulai dari kesibukan sehari-hari sampai obrolan terpanas mengenai kisah asmara. Sudah terlalu sering memang aku mendiskusikan hal ini, mulai dari tataran orang-orang yang elitis sampai orang-orang yang populis dan terkadang tidak mengagung-agungkan idealisme.

Sungguh, kisah asmara adalah kisah terasik yang menjadi obrolan kami sore itu. Ditambah cahaya temaram yang bersumber dari tiga lilin yang sengaja kami nyalakan karena listrik sedang mati. Semakin dramatislah obrolan kami, ditemani dengan kawan-kawan yang tak kusangka ternyata mereka sangat bijak dalam memutuskan segala hal atau mempertahankan prinsip mereka. Pertanyaan paling menggelikan adalah pertanyaan "mengapa kamu pacaran dan mengapa kamu tidak pacaran?" darisanalah aku melihat kalau ternyata masing-masing orang punya pilihan. Iya, aku tahu hidup itu memilih, dan sebuah kehidupan yang menciptakanmu sampai seperti saat ini adalah akumulasi dari pilihan-pilihan yang kamu tentukan. Beberapa teman menjawab jadikan pacaran itu sebagai motivasi hidup kamu, sebagian juga menjawab aku tidak ingin terikat makanya aku tidak pacaran, dan adapula yang menjawab kalau itu tidak sesuai dengan syariat agama. Memang pemikiran orang itu berbeda-beda dan dari sinilah kita belajar bagaimana cara menghargai dan merasa dihargai, karena semakin banyak kamu berdiskusi maka akan semakin banyak kamu menemukan fakta-fakta yang terkadang tidak sesuai dengan keinginanmu. Maka dari itu, sebuah proses sangatlah penting untuk mendidik kita sebagai insan yang dibekali akal untuk senantiasa berpikir membangun sebuah perbaikan.

Setelah bercerita tentang kisah asmara, kamipun beralih topik karena sudah dirasa membosankan untuk sekedar membicarakan soal asmara. Kesempatan ini harus dimanfaatkan untuk membicarakan hal yang lebih urgen ketimbang hanya sekedar basa-basi membicarakan hal yang sebenarnya sudah jelas dan tidak perlu diperjelas lagi, karena momentum kebersamaan seperti sore itu sulit dicapai akibat kesibukan masing-masing. Kemudian kami beralih membahas isu-isu seputar kampus, dari sanalah kata demi kata mengukir sebuah makna menjadikan obrolan sore itu semakin berkualitas bagi kami. Seketika itu pula kami juga membicarakan apa yang sedang terjadi di sekitar kami, khususnya organisasi yang sedang kami geluti bersama. Sampai pada titik pembicaraan mengapa ada kasus menghilangnya seseorang dari lingkaran kami, arti menghilang disini adalah mengapa beberapa orang pergi dan mungkin tak akan kembali, miris bung! Pembicaraan kami merembet pada masa dimana kami sangat mengagung-agungkan orang yang kemarin berhasil menarik hati kami, tapi apa yang terjadi saat ini? terkadang memang idealita tak sesuai dengan realita. Aaakh.. Sampai akhirnya muncul kalimat yang cukup menenangkan hati kami "Terkadang kita terlalu tinggi memandang orang lain dan terlalu rendah memandang diri sendiri dibandingkan dengan orang lain". Mungkin itulah sebabnya mengapa kami kecewa ketika teman kami hilang atau pergi merantau entah dengan tujuan yang jelas ataupun tidak jelas, Darisini aku belajar, janganlah kamu terlalu tinggi memasang standar, ketika keinginanmu tidak terpenuhi maka kamu akan kecewa. Sungguh kehidupan itu dinamis, kadang kita berekspektasi lebih terhadap seseorang tapi kita tidak pernah memikirkan orang-orang yang selalu ada di sekitar kita membersamai dalam suka maupun duka. Semoga akal ini selalu berjalan dengan hati dan keringat. Supaya keringat tidak berjalan sendirian tanpa dibersamai dengan akal dan hati, karena akal dan hati adalah segala sesuatunya yang akan menentukan sejauh mana kakimu akan melangkah dan seberapa banyak keringat ini akan diperas.
Maafkan bila aku terlalu banyak meremehkan orang-orang yang senantiasa setia menemani dan selalu menganggap orang lain diluar sana lebih agung karena silau yang ditimbulkan tiada tara indahnya. Memang benar kata orang, jangan menilai orang dari luarnya saja. Bahkan temanku juga ada yang berkata sifat dan tabiat seseorang itu akan terlihat ketika ia mendapatkan amanah. Kini dunia ini muncul dengan berbagai modus pencitraan yang bisa membiaskan hati nurani serta akal pikiran ini untuk memilih. Semoga kami selalu diberikan perlindungan yang luar biasa dan selalu diarahkan ke arah kebaikan. Salam perjuangan!
Karanggayam, 031114
Dita Innata

Senin, 20 Oktober 2014

Aku dan Yogyakarta part 1: Kenikmatan Tiada Tara

Sudah lama, selalu dua kata itu yang kutuliskan pertama kali dalam setiap tulisan yang kubuat. Iya, memang sudah lama aku tidak menuangkan pemikiranku atau kisahku dalam sebuah tulisan. Padahal seperti yang kita tau setiap kata memiliki makna dan kekuatan apabila dirangkaikan dalam sebuah kalimat. Sudah lama ingin menuliskan beberapa kisah kehidupan selama tiga tahun terakhir aku hidup di kota ini Yogyakarta sebuah kota yang teramat istimewa. Tidak hanya istimewa namanya, setiap sudut kota bahkan orang-orangnya pun memiliki keistimewaan. Berawal dari sebuah kisah anak sekolah yang saat itu masih mengenakan seragam putih abu-abunya. Di kala itu adalah masa ketika kamu mulai ingin menentukan jalan hidupmu sendiri, mulai ingin menentukan arah kemana kau akan pergi. Yap, diujung pendidikanmu di sekolah menengah atas. 

Setiap orang dikelas yang kau beri pertanyaan "mau kuliah dimana?" pasti dia akan diam sejenak berpikir sedalam-dalamnya kemudian dia akan menjawab, ya ingin melanjutkan ke perguruan tinggi yang terkenal dengan jurusan ini itu karena aku ingin meraih cita-citaku. Sama halnya dengan diriku, mungkin aku adalah salah satu orang yang mengikuti arus berpikir orang-orang dimasa itu, persis jawabanku adalah ingin melanjutkan kuliah di Universitas Gadjah Mada, salah satu universitas tertua di Indonesia. Seperti mimpi memang, mimpi yang besar dan mungkin saat itu akupun tidak yakin bisa meraih mimpi itu, karena memang terlihat mustahil seorang anak yang lahir di desa, lebih tepatnya pinggiran kota bisa melanjutkan kuliah di salah satu universitas terbesar di Indonesia karena di tempatku tinggal memang jarang sekali ditemukan lulusan dari universitas itu. Bahkan menemukan orang yang bisa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi saja mungkin akan sulit. Tapi memang manusia hanya bisa berusaha, yang menentukan tetaplah Allah. 

Terucap segala doa serta berbagai usaha pun dilakukakan, tentunya usaha yang masih di jalanNya. Di tahun 2011 adalah tahun pertama kali diterapkan SNMPTN undangan, salah satu program pemerintah untuk jalur masuk perguruan tinggi negeri yang didasari oleh rekomendasi dari sekolah tempat asal. Alhasil pada waktu itu aku direkomendasikan untuk mengikuti proses seleksi SNMPTN undangan. Sembari menunggu detik-detik ujian akhir nasional aku mulai menentukan langkah memilih perguruan tinggi yang akan menjadi bagian dari hidupku nantinya. Dengan penuh kesungguhan, kumantapkan hati ini untuk memilih kampus biru, jurusan yang kupilih adalah biologi. Jurusan itu yang tiba-tiba terlintas dalam pikiranku. Awalnya memang aku bingung mengapa memilih fakultas ini, tapi sampai detik ini aku bersyukur ditempatkan di fakultas ini. Kira-kira hampir dua bulan menunggu pengumuman SNMPTN undangan dari DIKTI, waktu itu pengumuman hasil SNMPTN undangan hanya bisa diakses pada jam tertentu, alhasil aku dan keluargaku menunggu sampai pengumuman itu di rilis. Menunggu itu memang menyebalkan, dan pada akhirnya jeng..jeeeng. Alhamdulillah puji syukur yang luar biasa dihaturkan padaNya. 

Entah itu mimpi atau memang keberuntungan bisa melanjutkan kuliah di UGM, jalan itu dipermudah olehNya, sungguh kebahagiaan yang tak terkira. Memang masih banyak yang harus diperjuangkan, diterima di UGM bukanlah hal yang mudah, banyak hal yang harus kamu emban sebagai mahasiswa di Universitas yang katanya kerakyatan ini. Nilai-nilai moral yang harus diperjuangkan bahkan sampai nama besar Gadjah Mada pun dipertaruhkan. Pertanyaannya adalah apakah kita sebagai mahasiswa UGM mampu menjalankan ini semua? menganut nilai-nilai keUGM an yang kita emban, bukan hanya menjadi sosok mahasiswa yang hanya memiliki titel Gadjah Mada, tapi bagaimana cara kamu mengimplementasikan nilai-nilai itu kemasyarakat. Menjadikan dirimu mahasiswa yang tidak hanya luar biasa di kelas tapi juga menjadi idola di lapangan. Yap, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan :) Jangan sampai Gadjah Mada hanya menjadi sekedar gelar yang disematkan padamu, jadikanlah Gadjah Mada mendarah daging disetiap langkahmu karena kuakui Gadjah Mada itu berbeda :) Sejak itu pula aku menyadari betapa skenario Allah itu sangatlah indah, tak pernah membayangkan bisa memijakkan kaki di tanah Yogyakarta selama ini. Sungguh nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan? -Bersambung-

Rabu, 11 Desember 2013

Relawan Inspiratif

Sebelumnya saya ingin menceritakan alasan saya mengapa saya ingin mencalonkan diri sebagai Ketua BEM Fakultas Biologi UGM. Mungkin sampai detik inipun banyak yang menanyakan mengapa saya bisa berdiri di panggung pesta rakyat. Sungguh tidak ada gambaran sama sekali saya akan berdiri di depan teman-teman sekalian saat meet and greet tanggal 9 Desember 2013 lalu. Dulu ketika pemira 2012 saya hanya berpikir tahun depan nanti saya hanya akan menjadi pengamat, mengamati calon-calon yang nantinya berdiri di hadapan saya menggembor-gemborkan visi dan misinya untuk membangun BEM, Biologi, UGM, bahkan Indonesia untuk seutuhnya. Tapi ternyata saat ini saya dihadapkan dengan realita yang sudah ada di depan mata. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, saya mencalonkan diri menjadi ketua BEM bukan karena saya meminta atau melobby supaya saya dijadikan ketua, sama sekali tidak. Tapi saat itu saya diundang teman-teman saya, dan saya dipercaya. Ketika itu pula timbul rasa yang sempat menggelisahkan hati saya. Dalam pikiran saya hanya ada dua pilihan, tetap ada di zona nyaman atau menantang maju menerobos pilar-pilar kebobrokan yang harus segera ditumpas habis untuk meraih kedamaian. Selanjutnya saya berpikir keras, berpikir dan berpikir, ketika saya dihadapkan oleh kedua pilihan itu. Di sisi lain saya tidak ingin merobohkan ritme kehidupan yang sudah saya bentuk, tapi disisi lain saya harus terjun dan ikut bertanggung jawab atas apa yang sedang terjadi saat ini. Saat itu pula saya berpikir kembali, apakah saya nanti hanya akan memilih duduk diam dan mengkritisi apa yang terjadi saat ini tanpa memberikan solusi? Saya katakan TIDAK. Kemudian saya berdiri bersiap-siap bergegas, menguatkan hati dan berikrar dalam hati ini bahwa saya siap dan saya bisa untuk ikut turut serta bertanggung jawab mengharumkan nama biologi di Indonesia. Dukungan itu terus mengalir dari teman-teman, setelah saya telah mengiyakan undangan teman-teman. Saya mulai menyusun visi dan misi saya untuk jauh melangkah kedepan. Visi misi itu tidak saya bangun seorang diri, saya mulai mengajak teman-teman untuk menjadi relawan inspiratif menciptakan suatu visi dan misi yang nantinya akan kita perjuangkan bersama. Kami yakin dapat menciptakan biologi yang lebih solid inspiratif. --Solid dalam berinovasi guna mewujudkan biologi satu. Biologi yang inspiratif, kontributif, dan proaktif-- Teman, sekarang bukan saatnya kita merutuki kegelapan, sekarang saatnya kita bersama-sama menyalakan lilin, duduk bersama-sama. Tidak hanya membicarakan solusi, tapi ikut beraksi nyata mewujudkan Biologi yang lebih solid inspiratif!

Jumat, 06 Desember 2013

#Stopbiopiracy

Peduli dengan Kedaulatan Indonesia dengan menjaga sumber materi genetik di Indonesia. Masihkah kita mau BERPURA_PURA tidak melihat? #StopBiopiracy #SaveOurGeneticMaterials IT'S NOT ABOUT BIOLOGY, IT"S ABOUT INDONESIA!!

another big family

Friendship is the hardest thing in the world to explain. It’s not something you learn in school. But if you haven’t learnt the meaning of friendship, you really haven’t learned anything. – Muhammad Ali

Keluarga

“When everything goes to hell, the people who stand by you without flinching -- they are your family. ” ― Jim Butcher

Sudah Lama

Hanya ingin sekedar sharing dan menceritakan apa yang kurasakan saat ini. Sudah lama rasa ini bergejolak dalam dada,entah apa nama panggilan untuk rasa ini. Aku memanggilnya dengan nama resah. Sudah lama aku memikirkannya, namun sampai detik ini rasa ini tak kunjung padam. Sudah lama aku memikirkan bagaimana cara menyingkirkannyanya, namun entahlah..akupun bingung mengapa resah ini selalu berhasil menyita pikiranku. Aku bingung, sudah lama pula aku memendam rasa ini dan ingin rasanya memuntahkan segala rasa ini bak gunung meletus yang berhasil memuntahkan laharnya setelah sekian lama disimpan. Sudah lama sejak itu juga aku berpikir bagaimana cara menanggulanginya, menangani rasa resah yang sudah memberontak di dalam dada. Sudah lama aku berpikir bagaimana cara mengurangi rasa yang selalu menghantui hari-hariku. Ternyata aku baru saja menyadarinya kalau rasa ini timbul karena kepedulianku untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik, lebih bermartabat, dan lebih berdaulat. Apakah teman-teman sekalian juga merasakan hal yang sama? Semoga saja iya, karena keresahan itu menandakan kecintaan dan kepedulian kita akan bangsa ini, bangsa yang telah carut marut oleh pemerkosa kekuasaan, penguasa yang tidak bertanggung jawab, dan tangan-tangan jahat lainnya yang tega menelanjangi kepribadian dan jati diri bangsa ini. Teman, alangkah indahnya ketika kita bisa bergerak bersama, saling bersinergis untuk mengurangi rasa keresahan yang sekian hari semakin memuncak. Tersenyumlah kawan, karena bersama kita akan bisa, bisa meraih hari esok yang cerah untuk menyambut cita, asa, dan karya kita di masa depan yang lebih indah :)
Tersenyumlah, maka dunia akan tersenyum padamu :)

Rabu, 26 Juni 2013

ruang multimedia rektorat ugm

ktika kamu sudah mengusahakannya,namun Allah berkehendak lain..maka jangan bersedih..karena semua akan ada gantinya :)