ANALISIS KARAKTER TOKOH, SUDUT PANDANG PENGARANG, DAN FOKUS PENGISAHAN DALAM LEGENDA COBAN RONDO
KARYA TULIS
Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
AFIF SURYA ADENA XI IPA 5/ 01
DHANI SETYOBUDI XI IPA 5/ 13
DITA INNATA XI IPA 5/ 17
MAURILLA TRISNA RIESMI XI IPA 5/ 24
DINAS PENDIDIKAN KOTA MALANG
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5
MALANG
APRIL, 2010
KATA PENGANTAR
Seraya memuji dan bersyukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan sebaik-baiknya, walaupun sebenarnya masih ada beberapa kekurangan. Karya Tulis yang membahas tentang tekhnologi “Analisis Karakter Tokoh, Sudut Pandang Pengarang, dan Fokus Pengisahan Dalam Legenda Coban Rondo “ untuk memenuhi tugas akhir Bahasa Indonesia. Karya tulis ini dapat terselesaikan berkat usaha dan bantuan dari berbagai pihak terkait.
Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Titik H. selaku Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia
2. Bapak Tohir dan Bapak Saim selaku narasumber
3. Orang tua dan rekan – rekan yang telah banyak membantu
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis juga menantikan saran dan kritik dari para pembaca yang dapat membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi demi memperbaiki kesalahan yang terjadi pada karya tulis ini.
Malang, Agustus 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………...... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………........…………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………....… 1
1.3. Pembatasan Masalah ………………………………………...…… 2
1.4. Tujuan …………………....……………………………………….. 2
1.5. Metode Penulisan …………………………………………………. 2
1.6. Manfaat …………………………...…………………………..….... 3
1.7. Sistematika ...…………………………………………….………… 3
BAB II. KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Legenda………………………………………………… 5
2.2. Unsur Intrinsik di dalam Legenda……...………….……..……….... 6
2.3. Pengertian Karakter Penokohan……………………………………. 6
2.4. Pengertian Sudut Pandang Pengarang………....…………………… 7
2.5. Pengertian Fokus Pengisahan………………………………………. 9
BAB III. METODOLOGI DAN ANALISIS DATA
3.1 Lokasi Penelitian………………….......………………………..….. 10
3.2 Metode Penelitian……………………………...………………..…. 10
3.3. Prosedur Penelitian……………....………………………………... 10
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1. Analisis Data……..…………………..………………………. ….12
BAB V. PENUTUP
5.1. Simpulan …………………………………………………………. 16
5.2. Saran …........……………………………………………... ……... 16
Daftar Pustaka ………………….......…………………………… 17
Lampiran …………….........…………………………….............. 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Legenda Coban Rondo merupakan salah satu Legenda yang berasal dari Kota Malang. Legenda Coban Rondo juga sangat berkaitan dengan objek wisata air terjun Coban Rondo yang ada di Kota Batu, Malang, Jawa Timur. Legenda ini begitu menyita perhatian masyarakat sampai – sampai objek wisatanya pun tidak pernah sepi pengunjung. Kehadiran para pengunjung tersebut seakan ingin membuktikan kebenaran legenda tersebut.
Sebagai masyarakat Kota Malang, Kami ingin melestarikan salah satu budaya daerah tersebut dengan mengangkat legenda tersebut sebagai Tema dalam Karya Ilmiah kami. Kami ingin mengetahui bagaimana perwatakan tokoh dalam legenda tersebut. Disamping itu kami juga ingin mengetahui bagaimana sudut pandang pengarang dan fokus pengisahan dalam legenda tersebut karena, legenda ini memiliki begitu banyak versi dari masing – masing pengarang yang coba membukukan legenda ini.
Hal – hal itulah yang melatarbelakangi penulisan Karya Ilmiah kami yang berjudul: Analisis Karakter Tokoh, Sudut Pandang Pengarang, dan Fokus Pengisahan dalam Legenda Coban Rondo.
1.2 Rumusan Masalah
Dari topik yang diangkat penulis tersebut, maka penulis menggunakan suatu rumusan masalah agar dapat membantu mengembangkan dan membatasi isi dalam karya tulis ini. Rumusan masalah tersebut antara lain adalah, sebagai berikut:
1. Apakah pengertian Legenda?
2. Apa sajakah unsur – unsur yang terdapat dalam Legenda?
3. Apakah yang dimaksud dengan karakter penokohan?
4. Bagaimana karakter tokoh dalam Legenda Coban Rondo?
5. Bagaimana sudut pandang pengarang dalam Legenda Coban Rondo?
6. Bagaimana fokus pengisahan dalam Legenda Coban Rondo?
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat penulis tersebut, maka penulis akan membahas beberapa hal yang berhubungan erat dengan topik yang akan dibahas dalam karya tulis ini. Pembatasan masalah yang membatasi ruang lingkup karya tulis tersebut antara lain adalah , sebagai berikut:
1. Perwatakan dan penokohan dalam Legenda Coban Rondo .
2. Sudut pandang pengarang dalam Legenda Coban Rondo
3. Fokus pengisahan dalam Legenda Coban Rondo
1.4 Tujuan
Tujuan dibuatnya karya tulis ini antara lain adalah, sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian Legenda
2. Mengetahui unsur – unsur yang ada dalam Legenda.
3. Mengetahui pengertian karakter penokohan
4. Mengetahui karakter tokoh dalam Legenda Coban Rondo
5. Mengetahui sudut pandang pengarang dalam Legenda Coban Rondo
6. Mengetahui fokus pengisahan dalam Legenda Coban Rondo
1.5 Metode Penulisan
Dalam pembuatan karya tulis ini metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang akurat dan sesuai dengan bahasan yang ada adalah, sebagai berikut:
1. Metode observasi
Dengan menggunakan metode ini penulis berusaha mengumpulkan data-data lebih lanjut dengan cara melakukan penelitian terhadap objek yang dingkat penulis
dalam karya tulis ini yaitu Legenda Coban Rondo
2. Metode Study Pustaka
Dengan menggunakan metode ini penulis mengumpulkan data-data yang bersumber dari buku-buku kajian teori yang berkaitan dengan bahasan yang akan disampaikan dalam bahasan karya tulis ini yaitu Legenda Coban Rondo. 3. Metode Interview
Dengan menggunakan metode ini penulis mengumpulkan data – data lebih lanjut dengan cara melakukan wawancara mengenai objek yang diangkat penulis yaitu Legenda Coban Rondo.
1.6 Manfaat
Manfaat yang diharapkan penulis dari karya tulis ini adalah, sebagai berikut: Manfat karya tulis ini untuk penulis antara lain adalah penulis lebih memahami dan mengerti tentang penokohan, sudut pandang pengarang, dan fokus penokohan.
Manfaat bagi pembaca adalah untuk dijadikan literatur bagi pembaca jika ingin mencari tentang penokohan, sudut pandang pengarang, dan fokus penokohan.
1.7 Sistematika
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Pembatasan masalah
1.4 Tujuan
1.5 Metodologi penulisan
1.6 Manfaat
1.7 Sistematika
Bab II Kajian Teori
Bab III Metodologi dan Analisis Data
Bab IV Pembahasan
Bab V Penutup
5.1 Saran
5.2 Simpulan
Daftar Rujukan
Lampiran
BAB II
KAJIAN TEORI
Kajian teori ini berfungsi untuk memperoleh kerangka teori tentang latar diadakannya suatu peneliatian petunjuk penting untuk melakukan analisis terhadap data yang telah diperoleh. Pada karya ilmiah ini, kajian teori berisi tentang teori-teori yang relevan dengan penelitian ini. Teori-teori tersebut mencakup pengertian legenda, unsure-unsur di dalam legenda, pengertian karakter penokohan, pengertian sudut pandang pengarang, dan pengertian focus penokohan.
2.1 Pengertian Legenda
Legenda (Latin legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang enpunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklor Menurut Pudentia, legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite. Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.
2.2 Unsur Intrinsik di dalam Legenda
Legenda atau cerita rakyat adalah cerita jaman dahulu yang disebarkan secara lisan. Cerita di dalam legenda didukung antara lain latar dan penokohan.
Ada tiga jenis latar dalam legenda.
1. Latar waktu : menunjukkan saat cerita itu terjadi
2. Latar tempat : menunjukkan tempoat cerita itu terjadi
3. Latar suasana: suasana yang mendukung cerita terjadi
Dalam legenda ada tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi pokok cerita. Tokoh pembantu adalah tokoh yang membantu tokoh utama untuk membengun cerita
Jenis-jenis Karya Sastra:
Dongeng, cerita rakyat, puisi, novel, komik, cerpen, cerbung, fabel, mite, dan legenda.
Unsur Intrinsik Karya Sastra:
Tokoh, Watak, Latar, Sudut Pandang, Alur, Tema, dan Amanat.
2.3 Pengertian Karakter Penokohan
Yang dimaksud penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada beberapa metode penyajian watak tokoh, yaitu
a. Metode analitis/langsung/diskursif. Yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
b. Metode dramatik/taklangsung/ragaan. Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
c. Metode kontekstual. Yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.
Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM., ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu
a. Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama abagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
b. Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
c. Melalui penggambaran fisik tokoh.
d. Melalui pikiran-pikirannya
e. Melalui penerangan langsung.
Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung.
2.4 Pengertian Sudut Pandang Pengarang
Bennison Gray membedakan pencerita menjadi pencerita orang pertama dan pencerita orang ketiga.
1. Pencerita orang pertama (akuan).
Yang dimaksud sudut pandang orang pertama adalah cara bercerita di mana tokoh pencerita terlibat langsung mengalami peristiwa-peristiwa cerita. Ini disebut juga gaya penceritaan akuan.Gaya penceritaan akuan dibedakan menjadi dua, yaitu
- Pencerita akuan sertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencnerita menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
- Pencerita akuan taksertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencerita tidak terlibat menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
2. Pencerita orang ketiga (diaan).
Yang dimaksud sudut pandang orang ketiga adalah sudut pandang bercerita di mana tokoh pencnerita tidak terlibat dalam peristiwa-peristiwa cerita. Sudut pandang orang ketiga ini disebut juga gaya penceritaan diaan. Gaya pencerita diaan dibedakan menjadi dua, yaitu
- Pencerita diaan serba tahu, yaitu pencerita diaan yang tahu segala sesuatu tentang semua tokoh dan peristiwa dalam cerita. Tokoh ini bebas bercerita dan bahkan memberi komentar dan penilaian terhadap tokoh cerita.
- Pencerita diaan terbatas, yaitu pencerita diaan yang membatasi diri dengan memaparkan atau melukiskan lakuan dramatik yang diamatinya. Jadi seolah-olah dia hanya melaporkan apa yang dilihatnya saja.
Kadang-kadang orang sulit membedakan antara pengarang dengan tokoh pencerita. Pada prinsipnya pengarang berbeda dengan tokoh pencerita. Tokoh pencerita merupakan individu ciptaan pengarang yang mengemban misi membawakan cerita. Ia bukanlah pengarang itu sendiri.
Jakob Sumardjo membagi point of view menjadi empat macam, yaitu
a. Sudut penglihatan yang berkuasa (omniscient point of view). Pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia tahu segalanya.
b. Sudut penglihatan obyektif (objective point of view). Pengarang serba tahu tetapi tidak memberi komentar apapun. Pembaca hanya disuguhi pandangan mata, apa yang seolah dilihat oleh pengarang.
c. Point of view orang pertama. Pengarang sebagai pelaku cerita.
d. Point of view peninjau. Pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian kita ikuti bersama tokoh ini.
Menurut Harry Shaw, sudut pandang dalam kesusastraan mencakup
a. Sudut pandang fisik. Yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan waktu dan ruang yang digunakan pengarang dalam mendekati materi cerita.
b. Sudut pandang mental. Yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan perasaan dan sikap pengarang terhadap masalah atau peristiwa yang diceritakannya.
c. Sudut pandang pribadi. Adalah sudut pandang yang menyangkut hubungan atau keterlibatan pribadi pengarang dalam pokok masalah yang diceritakan. Sudut pandang pribadi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengarang menggunakan sudut pandang tokoh sentral, pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, dan pengarang menggunakan sudut pandang impersonal (di luar cerita).
Menurut Cleanth Brooks, fokus pengisahan berbeda dengan sudut pandang. Fokus pengisahan merupakan istilah untuk pencerita, sedangkan sudut pandang merupakan istilah untuk pengarang. Tokoh yang menjadi fokus pengisahan merupakan tokoh utama cerita tersebut. Fokus pengisahan ada empat, yaitu
a. Tokoh utama menyampaikan kisah dirinya.
b. Tokoh bawahan menyampaikan kisah tokoh utama.
c. Pengarang pengamat menyampaikan kisah dengan sorotan terutama kepada tokoh utama.
d. Pengarang serba tahu.
2.5 Pengertian Fokus Pengisahan
Yang dimaksud focus pengisahan adalah objek atau tokoh yang disoroti dan diceritakan oleh pencerita.
Ada 4 macam focus pengisahan yaitu :
a. Tokoh utama mengisahkan dirinya. Pengisahan dibuat oleh tokoh utama dengan sorotan kepada tokoh utama itu sendiri.
b. Tokoh bawahan mengisahkan tokoh utama. Kisahan oleh tokoh bawahan dengan sorotan kepada tokoh utama.
c. Pengarang pengamat menyampaikan kisah dengan sorotan terutama pada tokoh utama.
d. Pengarang serba tahu. Ia menyampaikan kisahan dari berbagai sudut.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode adalah sistematika konsep kegiatan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan atau cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjan agar tercapai sesuatu dengan yang dikehendaki.
Dalam penyusunan karya tulis ini kami menggunakan metode penelitian yaitu metode observasi, interview, dan study pustaka. Kami melakukan pembahasan terhadap suatu objek yaitu Legenda Coban Rondo.
Beberapa proses penyusunan karya tulis yang kami lakukan antara lain meliputi penentuan topic pembahasan, pengumpulan data melalui internet, interview, observasi, dan studi pustaka, analisis data, pengambilan kesimpulan yang kemudian disusun menjadi karya ilmiah ini.
3.1 Lokasi Penelitian
Tempat wisata Air Terjun Coban Rondo, Desa Pandesari, Kecematan Pujon, Kabupaten Malang.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Studi Pustaka
3.2.2 Interview
Melakukan wawancara dengan petugas tempat wisata Coban Rondo yang bernama Bapak Tohir dan Bapak Saim.
3.2.3 Observasi
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Persiapan
Menyiapkan naskah wawancara
3.3.2. Pelaksanaan
Hari / tanggal : Minggu, 28 Maret 2010
Pukul : 06.30 – 10.30 WIB
Tempat Penelitian : Tempat Wisata Coban Rondo Desa
Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten
Malang.
3.3.3. Penyelesaian
Setelah kami mewawancarai narasumber dan melakukan observasi di tempat pariwisata wisata, kami mengambil kesimpulan dan kemudian kami segera menyusun karya tulis sesuai dengan data yang kami peroleh.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Analisis Data
4.1.1 Perwatakan dan Penokohan dalam Legenda Coban Rondo
a) Dewi Anjarwati
- Dewi anjarwati merupakan sosok perempuan yang terkenal karena keramahan
dan kebaikan hatinya.
Bukti :
Paragraf ke-1, baris ke-3
Tutur katanya halus. Selain ramah, ia juga dikenal sebagai gadis yang baik hati. Hal ini yang membuat semua orang di desa itu mengenalnya. Bahkan namanya dikenal hingga keluar desa.
- Dewi Anjarwati merupakan sosok wanita yang manja
Bukti :
Paragraf ke-30, baris ke-1
”Cepat ya, Kangmas. Saya haus sekali,” kata Dewi Anjarwati manja.
- Dewi Anjarwati merupakan sosok yang penuh perhatian dan setia kepada pasangan.
Bukti :
Paragraf ke-44, baris ke-3
Dewi Anjarwati berpesan agar Raden Baron Kusumo berhati-hati. Ia akan menunggu Raden Baron Kusumo sampai kapan pun.
b) Raden Baron Kusumo
- Raden Baron Kusumo merupakan sosok pria yang sopan dan menghormati orang tua.
Bukti :
Paragraf ke-3, baris ke-2.
Setelah membawa bekal secukupnya, Raden Baron Kusumo segera berangkat ke Gunung Kawi dengan diiringi empat pembantu setianya. Tidak lupa ia pamit kepada orang tuanya.
- Raden Baron Kusumo mempunyai tekad yang kuat.
Bukti :
Paragraf ke-4, baris ke-1
Empat hari empat malam Raden Baron Kusumo menembus lebatnya hutan. Rasa lelah dan letih tidak begitu dihiraukan, demi keinginannya melihat Dewi Anjarwati.
- Raden Baron Kusumo adalah sosok pria yang meyakini kata hatinya.
Bukti :
Paragraf ke-12, baris ke-1.
Kini Raden Baron Kusumo semakin mantap. Ia ingin melamar Dewi Anjarwati.
- Raden Baron Kusumo seorang pria yang berusaha melindungi pasangannya.
Bukti :
Paragraf ke-44, baris ke-1.
Raden Baron Kusumo pun memerintahkan pembantunya agar menyembunyikan Dewi Anjarwati ke dekat air terjun yang baru dikunjunginya.
c) Joko Lelono
- Joko Lelono adalah laki-laki yang teguh pada pendiriannya dan tidak tahu diri.
Bukti :
Paragraf ke-43, baris ke-1.
Tampaknya Joko Lelono tetap pada pendiriannya. Ia tetap ingin memperistri Dewi Anjarwati.
d) Ayah Dewi Anjarwati
- Ayah Dewi Anjarwati adalah seorang ayah yang mengerti sopan santun dan pengertian.
Bukti :
Paragraf ke-21, baris ke-1
“Ada baiknya kamu kesana. Bukankah kamu belum pernah ke rumah suamimu. Sekalian kamu menunjukkan hormatmu kepada mertuamu,” kata ayah Dewi Anjarwati.
e) Ibu Dewi Anjarwati
- Ibu Dewi Anjarwati adlah seorang ibu yang perhatian pada anak.
Bukti :
Paragraf ke-23, baris ke-1.
“Kalau bisa, jangan sekarang. Apakah kamu tidak capek? Tunggulah hingga kamu segar kembali. Tunggulah sebetar lagi. Barangkali tiga puluh atau empat pulluh hari lagi kita akan panen padi. Kamu bias membawa oleh-oleh untuk metuamu,” kata ibu Dewi Anjarwati.
Paragraf ke-27, baris ke-1.
“Hati-hati di perjalanan,” kata ibu Dewi Anjarwati kepada pasangan pengantin itu ketika mereka berpamitan. Sang ibu tiba-tiba mempunyai perasaan yang tidak enak melepas mereka. Meskipun begitu , ia berdoa untuk keduanya.
4.1.2 Sudut Pandang Pengarang pada Legenda Coban Rondo
Menurut kami dalam legenda Coban Rondo pengarang berpandangan sebagai orang yang serba tahu, serba melihat dan serba mendengar. Karena pengarang betul-betul ada diluar cerita dan serba tahu sampai ke alam pikiran tokoh cerita. Yang mampu menceritakan batin tokoh pelaku yang diceritakanya.
Bukti :
Parafgraf ke-12, baris ke-1.
Kini Baron Kkusumo semakin mantap. Ia ingin melamar Dewi Anjarwati. Ia pun segera pulang untuk memberitahukan kepada kedua orang tuanya.
Paragraf ke-24, baris ke-1.
Malam harinya, Raden Baron Kusumo menghadap mertuanya. Ia tiba-tiba teringat akan janjinya. Ia ingin mengadakan pesta yang meriah di desanya.
Paragraf ke-47 baris ke-1.
Sementara itu, Dewi Anjarwati menunggu kedatangan Raden Baron Kusumo dengan perasaan tidak menentu.
4.1.3 Fokus Pengisahan Dalam legenda Coban Rondo
Menurut kami fokus Pengisahan dalam legenda Coban Rondo adalah pengarang serba tahu. Ia menyampaikan kisahan dari berbagia sudut. Sorotan utama kepada tokoh utama. Pengarang dalam legenda yang berjudul Coban Rondo menceritakan kisah Coban rondo tanpa melibatkan dirinya di dalam cerita. Dia hanya menyoroti tokoh utama yaitu Dewi Anjarwati da Ki Baron Kusumo.
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Ternyata dalam Legenda Coban Rondo, pengarang seakan – akan mengetahui semua yang terjadi dalam Legenda tersebut karena bila ditinjau dari sudut pandang dan fokus pengisahan, semuanya menunjukkan bahwa pengarang berada diluar peristiwa yang diceritakannya dan pengarang mampu menceritakan batin atau perilaku dari tokoh yang diceritakannya.
5.2. Saran
Jika pembaca ingin mengetahui lebih banyak tentang penokohan, sudut pandang pengarang, dan fokus pengisahan dalam legenda Coban Rondo, maka pembaca dianjurkan untuk membaca karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ashanta, Andrey.2007/Menentukan Unsur Intrinsik Legenda.(online).
www.docstok.com/docs/22364721.Diakses tanggal 22 April 2010
Rahardjo.1983.Iktisar Kesusastran Indonesia.Malang: CV.Warga
Romayah, Ema.2008/Bahasa Menunjukkan Bangsa : Unsur Intrinsik Karya Sastra.(online).http://ms-ema.blogspot.com/2008/07/unsur-intrinsik-karya-sastra.html. Diakses tanggal 22 April 2010
Siswanto,Wahyudi dan Sisbar Noersya.2008.Cerita Rakyat dari Malang Jawa Timur.Jakarta: PT. Grasindo
Wikipedia.2002/Legenda.(online).http://id.wikipedia.org/wiki/legenda.Diakses tanggal 22 April 2010
LAMPIRAN
Hasil Interview
Pewawancara : Dhani setyobudi
Narasumber : Bapak Tohir dan Bapak Saim
Pewawancara : Apakah legenda mengenai coban rondo ini memang benar
adanya?
Narasumber : Benar, kami selaku staf tempat wisata ini tidak berani
mengada – ada mengenai hal – hal yang dianggap penting
dalam sejarah.
Pewawancara : Saya dengar dalam Legenda Coban Rondo memiliki tiga tokoh
utama. Apakah benar?
Narasumber : Ya memang benar, ketiga tokoh tersebut adalah Dewi
Anjarwati, Ki Baron kusumo, dan Joko Lelono.
Pewawancara : Bagaimana karakter ketiga tokoh tersebut?
Narasumber : Dewi Anjarwati merupakan sosok perempuan yang penurut
dan setia pada sang suami. Ki Baron Kusumo adalah sosok
yang ceroboh namun berkomitmen terhadap hubungan dengan
istrinya. Sedangkan Joko Lelono merupakan sosok lelaki yang
kurang bertatakrama.
Pewawancara : Menurut Legenda Dewi Anjarwati menunggu suaminya diatas
batu.Apakah benar?
Narasumber : Bisa Anda lihat, dibawah air terjun sana ada sebuah batu yang
besar. Di batu itulah Dewi Anjarwati menunggu suaminya
kembali
Pewawancara : Apakah bapak bias memberi tahu tempat Joko Lelono dan
Ki Baron Kusumo berperang?
Narasumber : Awalnya perang tersebut memang terjadi disini. Namun
semakin lama perang tersebut makin menjauh dari tempat ini,
dan hilang entah kemana.
Hasil Observasi
Asal-usul Coban Rondo berasal dari sepasang pengantin baru. Mempelai wanita yang bernama Dewi Anjarwati berasal dari Gunung Kawi, sedangkan mempelai pria bernama Ki Barong Kusumo berasal dari Gunung Anjasmoro. Setelah usai pernikahan mencapai 36 hari (selapan), Dewi Anjarwati mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmoro namun orang tua Dewi Anjarwati melarang keduanya pergi karena baru selapan. Tetapi keduanya bersikeras pergi dengan segala resiko apapun yang terjadi diperjalanan. Ketika dalam perjalanan keduanya dikejutkan dengan kehadiran Joko Lelono yang tidak jelas asal usulnya. Joko Lelono terpikat denga kecantikan Dewi Anjarwati dan berusha merebutnya. Perkelahian pun tak dapat terhindarkan. Kepada Punokawan yang menyertainya Raden Baron berpesan agar Dewi Anjarwati disembunyikan disuatu tempat yang ada Cobannya (air terjun), perkelahian berlangsung seru dan akhirnya keduanya gugur, dengan demikian akhirnya Dewi Anjarwati menjadi janda (dalam bahasa Jawa Rondo). Sejak saat itu lah coban tempat tinggal Dewi Anjarwati menanti suaminya dikenal dengan Coban Rondo. Konon batu besar dibawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri.
Dari hasil observasi kami, kami juga menemukan berbagai karakter yang dimiliki para tokoh legenda Coban Rondo.
Yaitu sebagai berikut :
-Dewi Anjarwati merupakan sosok perempuan yang penurut dan setia pada sang suami.
-Ki Baron Kusumo adalah sosok yang ceroboh namun berkomitmen terhadap hubungan dengan istrinya.
- Joko Lelono merupakan sosok lelaki yang kurang bertatakrama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar